Skip to main content

Cerpen Romance Mistery: Secret 2

SECRET 2

Jia berdiri di depan sebuah nisan. Sebuah tempat terakhir untuk orang-orang sudah tak bernyawa. Potongan-potongan bunga warna putih dan merah masih menumpuk di atas sebuah gundukan tanah merah di hadapannya. Dia berdiri terpaku di sana. Masih memakai seragam sekolahnya. Sambil menenteng sebuah buku. Buku yang pernah menjadi kenangannya dengan seseorang yang ada di dalam gundukan tanah ini. buku yang pernah terlibat dalam rentetan kejadian yang sampai saat ini belum bisa ia terima. Tapi jia mencoba tegar. Walaupun hatinya slalu saja merasakan sesuatu yang aneh. Merasa kehilangan atau apapun itu. semuanya tercampur menjadi satu.

Jia terjongkok di samping makam tio. dia membuka lembaran-lembaran buku yasin. Membacakannya pelan. sesekali dia menahan tangisnya. Ayat terakhir telah ia habiskan. Dia kembali menatap gundukan itu.

“tio … apa kabar ??? tau gag ?? sampai saat ini, gue masih kangen banget sama lo. Dan mungkin semakin lama, gue malah semakin kangen sama lo. Siapa sih yang gag kangen sama orang kayak lo… ” jia sesekali tersenyum di tengah-tengah rintihannya yang tak tertahan. Dan semakin tak tertahan lagi ketika tangannya perlahan lahan mengelus nama yang tertulis di nisan baru itu. air matanya langsung jatuh tak tertahan. Dadanya kembali sesak seperti apa yang ia rasakan kemarin, 2 hari yang lalu, bahkan beberapa hari yang lalu. ketika tanggal 15 april lalu menjadi akhir dari kebahagiaannya bersama tio. semua senyuman itu telah terkubur di sini…

Mungkin tuhan tak ijinkan sekarang kau dan aku bahagia… ternyata kau pergi tuk slamanya … tinggalkan diriku … dan cinta ku … Apa kau melihat dan mendengar tangis kehilangan dari ku … baru saja ku ingin kau tau perasaan ku padamu  …  ring tone lagu Bunga citra lestari itu terdengar dari dalam tasnya. tertera nama ‘Ibu quu’  di layar HP-nya. 
“assalamualaikum … kenapa bu ??”
“iya … jia udah pulang sekolah. ini lagi sama tio.”
“iya iya jia pulang sekarang…iya sebentar ya bu … ya walaikumsalam”  jia memasukkan HP-nya ke dalam tas. Dia berniat untuk menyudahi kunjungan nya untuk hari ini. 
“tio … sebenernya gue masih pengen di sini. Nemenin lo. Sesuai dengan kebiasaan kita dulu, jam 2 siang. Kita masih harus bersama. Tapi sayangnya, gue harus pulang.  Daaaaah tio … I love you and I miss you !” jia mengelus-elus papan nisan tio. dia berdiri, menghabiskan detik-detik terakhirnya dengan menatap benda mati itu. lalu pergi menjauh. 
Seorang laki-laki tinggi, agag putih berjalan mendekati sebuah makam yang baru saja di lepaskan oleh jia dengan senyum harunya. Laki-laki itu masih menatap jejak-jejak jia hingga jejaknya tak lagi terlihat. Doni, laki-laki yang juga masih berseragam SMA inilah yang daritadi memperhatikan tangisan dan senyuman yang tercipta di raut wajah jia.
“tio ? kayaknya dia begitu berarti buat cewe tadi. nasip cewe itu mungkin sama kayak gue.” 
@@@
“mba jia … mau pesen apa ?? tumben sendirian aja … biasanya sama mba husna” bi tuti menyapa jia di sela lamunannya di bangku kantin. 
“ehhh … bi tuti. Iya, lagi pengen sendirian aja nih … “ jia tersadar dari lamunannya. Senyum palsu sedikit ia ciptakan untuk orang yang mau menyempatkan waktunya untuk menyapa gadis pemurung itu. 
“udah mba , bibi tau, pasti mba jia lagi mikirin mas tio. tabah aja mba. Mas tio juga pasti sedih lho kalo liat mba jia nya sedih. Senyum to mba… ” Kata bi tuti dengan logat jawanya sambil sesekalli mengelap beberapa meja di kantin yang sudah agag sepi itu. 
“(tersenyum kecil) makasih ya bi. Iya, jia juga sebenernya udah coba buat bener-bener tabah. Yaa mungkin jia Cuma butuh waktu aja buat lebih nerima semua ini ya bi. Tio itu orang yang susah buat di lupain. Jia udah terlanjur cinta. Dan jia udah terlanjur merasa tio satu-satunya orang yang baik ke jia.” Jia menahan air matanya yang hampir tumpah. 
“udahh mba jia … sabar yaaa !!! pasti nanti ada kok yang bisa bikin mba jia senyum lagi. Pasti nanti tuhan kirim pengganti mas tio” bi tuti menghampiri jia. Dan mengelus-elus pundak jia. Jia tumbang di pundak bi tuti. Dia menangis di sana. 
@@@
Setiap hari, hanya ada jia dan doni di pemakaman itu. doni menyadari dan selalu memperhatikan jia, tapi jia sama sekali tidak menghiraukan keadaan yang ada di sekelilingnya.
Seminggu sudah, doni melihat jia selalu mendatangi makam bernama tio itu. tidak pernah ada hari yang terlewat untuk berada di tempat itu. seakan-akan itu sudah menjadi sebuah rutinitas yang tak kan terganti oleh apapun.
“siang dara … hari ini aku bawa bunga mawar khusus buat kamu. Kamu jangan khawatir yaaa … setiap hari aku akan terus temenin kamu di sini.” Doni. Laki-laki itu sedang berbicara pada seseorang yang tidak nyata. seseorang yang jasadnya sudah tidak ada. tapi sampai saat ini masih ada di benaknya.
“siang ini agag mendung yaa ? . Kayaknya bakalan ujan … “ doni duduk di samping makam perempuan yang  sangat ia cintai itu. Dia bercerita banyak di sana. Tiba-tiba ia mematung, doni menatap pada satu titik yang sejak kemarin menjadi sebuah pertanyaan untuknya.
“cewe itu nangis lagi ?! ” doni menatap tajam pada titik itu. jia memakai kemeja hitam, celana jeans hitam, dan tas hitam. Semuanya terlihat gelap. Sama seperti suasana hatinya. Doni masih memperhatikan gadis itu dari kejauhan. 
Air dari langit pun turun. Membasahi tanah. Membasahi 2 manusia bernyawa yang sedang berdiri di atas berpuluh-puluh manusia yang sudah tidak bernyawa di atas tanah merah itu. perlahan-lahan, hujan pun bertambah deras.  
“dara … aku pergi dulu yaa … bye. I love you “ doni memberikan salam perpisahan kepada makam gadis bernama dara itu. hujan semakin deras turun dari gumpalan awan hitam di langit. Dia melindungi kepalanya hanya dengan kedua tangan yang ia punya. Pandangannya tertuju pada gadis berbaju hitam di ujung sana. Gadis itu sama sekali tak berkutik meskipun hujan telah membasahi hampir seluruh tubuhnya. Gadis itu masih saja duduk di samping gundukan tanah yang mulai becek karena hujan yang semakin deras. Doni berlari menuju posisi gadis itu. 
“hei … kamu gag cari tempat berteduh ?? hujannya makin deres. Kamu bisa sakit nantinya. Kamu gag bawa payung kan?? ” Jia tak berkutik. “hei … kamu denger gag ??” kali ini , doni agag mengeraskan suaranya. Berusaha mengalahkan bunyi rintikan hujan yang semakin deras. Seperti merespon doni, jia berdiri. Dia langsung menatap wajah laki-laki yang daritadi berada di belakangnya. 
“kamu siapa?” jia menatap wajah laki-laki yang baru ia lihat itu.  
“udaah … nanti aja kenalannya. Yang penting kita cari tempat berteduh dulu. Ayooo “  doni menarik tangan jia yang kotor karena lumpur merah yang sempat ia sentuh di makam tio tadi. dia melindungi gadis itu dengan kedua tangannya. Seperti melindungi seseorang yang sudah lama ia kenal. Mereka berdua berlari menuju gubuk kecil tanpa tempat duduk yang ada dipintu depan TPU itu. jia lalu melepaskan ikatan rambutnya yang basah. Rambut panjangnya kini terurai. Kedua remaja itu kini sedang sibuk me-lap tubuhnya masing-masing. Belum ada satupun kata-kata yang terucap di antara keduanya. 
“aku doni, nama kamu siapa ?” doni tiba-tiba membuka suara tanpa menatap wajah gadis yang ada di sampingnya itu apalagi untuk mengulurkan tangannya layaknya seseorang yang sedang berkenalan. Dia berkata di tengah-tengah kesibukan jia merapikan rambutnya. Jia lalu berhenti menyibukkan dirinya. Dia menyilangkan tangannya, menahan dingin yang terasa saat itu. 
“aku jia” jawab nya singkat. Sesekali dia melirik ke wajah cowok tinggi itu. Doni terlihat menanggapi jawaban singkat jia dengan anggukan. 
“jia, muka kamu!” kata doni tersenyum sambil menunjuk  mukanya sendiri. Jia tersentak kaget. Mukanya kotor dengan tanah. Dia lalu merespon kata-kata doni. karena rasa malunya dia langsung membelakangi doni.  
“huh, pasti gara-gara tadi gue nge-lap muka pake tangan. Padahal tangan gue kotor.” Jia ngoceh sendiri. Dia mulai menyentuh mukanya sendiri. Berharap usahanya sedikti berhasil. Sementara doni merogoh kantongnya. Mengambil slyer hitamnya yang basah.
“niiih pake. Walaupun basah, tapi pasti bisa bikin muka kamu bersih lagi” doni menyodorkan slyer itu dari pundak jia. Jia yang masih membelakangi doni, menerimanya tanpa sedikitpun menampakkan wajah kotornya pada laki-laki manis itu. 
“makasih.” Dia lalu membersihkan mukanya. Sedangkan doni tersenyum sendiri di belakang jia yang masih sibuk membersihkan wajahnya. 
‘lucu juga dia … ‘ doni membatin. Beberapa menit kemudian,  Jia lalu membalikkan tubuhnya dengan wajahnya yang kembali bersih. 
“gimana ?? masih ada ?” tanya jia pada doni. Seakan-akan doni adalah cerminnya. Doni menggeleng dengan senyumnya. 
“seminggu ini, aku perhatiin, kamu gag pernah absen buat datang ke pemakaman ini.” doni mulai mencari pembicaraan 
“oya? Selama ini kamu juga ada di sini ya ? kok bisa tau?” jawab jia.
“yaa ,,, karena aku juga setiap hari kesini. Kamu gag liat aku yaa ? ”
“(tersenyum) maaf aku gag pernah liat. oh, kita sama ya… ini memang udah jadi rutinitas ku. Jadi kamu gag usah heran ngeliat aku di sini setiap hari.” Kata jia agag tersenyum.  
“ hm, yaa aku juga gitu. Ini juga udah jadi rutinitas ku buat selalu ada di samping dia. Karena ini janji ku.” Doni agag menunduk. 
“dia ? dia siapa ?”
“dara … dia adalah orang yang paling aku sayang. Yaa harus aku terima kalo dia sekarang udah gag ada. yaudahlahh … jangan ngebahas tentang aku. “ doni sedikit tersenyum menatap jia. Jia juga membalas senyuman itu. 
‘ternyata cowok ini punya pengalaman yang sama sama gue’ jia membatin.
“oya, tio itu siapa ? pacar? adik? atau kakak kamu ?”
Jia langsung menatap doni , raut mukanya sedikit tak mengerti. 
“yaa tio. makam yang setiap hari kamu tengok” doni memperjelas pertanyaannya.
“tio. dia itu temen, sahabat, sekaligus kakak buat ku. Kita memang saling mencintai, tapi dia terlanjur pergi sebelum kata cinta dia katakan di depan ku…” doni kemudian banyak bertanya tentang sosok tio dan pertanyaan penting lainnya. Jia kemudian berani untuk menceritakan semua kisah tentangnya dan tio itu pada doni. Laki-laki yang baru saja berada di sampingnya. Semuanya… kecuali mengenai novel SECRET. 
Hujan saat itu menjadi saksi terciptanya satu takdir baru. tio bisa merasakannya. Tio bisa merasakan orang yang ia sayangi akan mendapatkan kisah baru tanpa dirinya. 
@@@
Pulang sekolah hari ini, akan ada satu hal baru di hidup jia. Doni akan menjemputnya di sekolah untuk pergi ke makam bersama. Hal yang baru ini membuatnya merasa lebih tegar menghadapi kenyataan hidup Karena dia baru tau, ternyata bukan hanya dia yang merasakan hal seperti ini. 
“Kita mau langsung ke makam ??” doni menyapa perempuan yang sudah di tunggunya beberapa menit yang lalu itu. jia hanya tersenyum dan mengangguk. Doni lalu  menghidupkan mesin motornya. dan mempersilahkan jia untuk duduk di jok motornya. tapi jia diam. Tak merespon permintaan doni. 
“kenapa ? udah naik aja….” doni berkata lembut. Melihat jia yang masih diam, doni pun mematikan mesin motornya. “kok malah diem ? takut tio cemburu yaa ??” katanya senyum. Jia membalasnya dengan tersenyum pula.
“oke, kalo gitu, aku minta ijin dulu deh sama tio”
“ha ?” jia melongo. 
“ tio …. Dimanapun kamu berada, kalo kamu liat kita. aku mau ijin buat goncengin cewek kamu yaaaa !!! tuuuh , aku udah ijin sama tio. ayoo naik. !” kata doni tersenyum. Hati jia tersentuh. Entah seperti ada sesuatu yang berbeda  saat itu. tidak lama jia pun menuruti permintaan doni tadi.  
“upz bentar … “ jia angkat bicara.
“kenapa lagi ??” 
“aku juga ijin dulu sama dara dong … dara maaf yaa, aku duduk di jok motor doni. Seharusnya yang di gonceng doni kan kamu … maaf dara !!! “ mereka pun tertawa. Lalu pergi menuju tempat itu. tempat yang tak terlupakan untuk mereka berdua. Bahkan tak tergantikan. 
@@@
Mini café di pertigaan jalan sekitar makam siang ini menjadi kunjungan kedua oleh jia dan doni. Mereka berdua duduk berhadapan di sebuah meja bundar di sudut ruangan. Nuansa hijau café itu menyejukkan mata dan hati. tidak lama kemudian, datanglah seorang pelayan cafe membawa sebuah buku mini yang sudah dapat di pastikan itu adalah buku menu café ini. 
“mau pesan apa ?” Tanya pelayan cantik itu. jia dan doni bertatap muka. Dan …
“emmm … cappucino aja deh !” kata jia dan doni berbarengan.
“kok sama ???” kata jia kaget. Doni hanya mengangkat bahunya , “ya udah mba, kita pesen cappucino 2 sama makannya spaghetti 2 juga” 
“ok. Tunggu sebentar yaaa … “ kata si pelayan dengan keramahannya. 
“kok bisa sama gitu siih ??” jia masih bertanya-tanya.  
 “kebetulan kali yaaa ??? kalo aku memang suka cappucino. Kamu juga ??” jia diam.  Berpikir sebentar lalu menjawab pelan “yaa … karena tio aku jadi suka cappucino” katanya. doni tersenyum. 
‘rasanya, seperti sedang duduk di hadapan tio. bukan doni …. ‘ batin jia tertuju pada laki-laki yang sedang duduk di hadapannya itu. tanpa di sadari doni pun ikut membatin ‘sama seperti dara ‘. 
@@@
Doni baru saja keluar dari sekolahnya. Dia memandangi jam tangannya, jam 22.00 sekarang. event tahunan di sekolahnya kali ini membuat seorang ketua osis seperti doni harus pulang larut malam seperti ini. tapi tentu saja dia tidak sendirian. Ada 39 orang lainnya yang bernasip sama dengan doni. 
Doni berdiri di samping motor merahnya yang terparkir bersama motor-motor yang lain. dia sedang bersiap-siap dengan sweeter tebal hitam dengan graffiti merah di belakangnya yang sudah menjadi cirri khas seorang doni. 
“hei don … gue duluan ya … !!! “ sapa beberapa teman seperjuangannya. Doni membalas dengan mengacungkan jempolnya. Masih tersisa beberapa orang di sana. Dia lalu meraih helmnya yang ia letakkan di jok. Terlihat selembar kertas sejenis brosur berwarna hijau di sana. Dia meraihnya. Membolak balikkan kertas itu. dan membacanya. 
“toko buku rainbow promo novel terbaru berjudul SECRET 2. Harga Cuma Rp.23.000.??” doni membacanya pelan. dia sejenak melihat ke sekelilingnya. Hanya ada dia dan… roby. Laki-laki agag gemuk itu baru saja keluar dari sekolah dan menghampiri motor pespanya yang terparkir di ujung sana. 
“hei rob” teriak doni. Roby terlihat mencari-cari asal suara itu. 
“ehhh ketua. belom pulang ?”
“belom nih…”
“ Kenapa manggil-manggil ??”
“lo dapet brosur dari toko buku rainbow gag ???" kata doni sambil menunjukkan brosur yang barusan ia temui tadi.
“brosur ? kagag tuh. Dapet darimana bos ? ” Tanya roby sambil menyalakan motor pespanya. 
“ada di motor gue. di motor lo ada juga kalii … “
“bentar … “ roby sedikit celingukan mencari-cari apa yang di maksud si ketua osis.
“gag ada tuuuh … kenapa emang ? brosur doang kok bos … nyantai aja !! “
“gue bingung aja. kenapa Cuma gue yang dapet brosurnya ?” kata doni sambil mencari di setiap motor  tentang keberadaan brosur itu di motor lain.  
“siapa tau di motor yang lain ada. kecuali di motor gue.  yang nyebarin brosurnya juga milih-milih motor kali … mungkin pas liat motor pespa gue, dia gag mau naro soalnya di kira yang punya urakan dan gag bakal mau beli. Mungkin yaa … “ roby nyengir.
“bisa aja lo…” doni berhenti mencari. 
“yaudah gue cabut ya bos, udah malem. Bisa-bisa kena omel emak niih …  gue tinggal gag papa niih ??” doni mengacungkan jempolnya sambil masih mencari-cari.
“duluan … “  
“siiip. thanks .. “  Roby pergi berlalu bersama motor pespanya yang bising. Doni terlihat menyerah untuk memperdulikan brosur itu. 
“ahh … SECRET 2 ??? sekuel pertamanya aja gag punya…gag perlu deh !” doni membuang brosur itu. dia mencoba untuk tidak memperdulikan brosur itu. 
Doni menstater motornya. dan pergi meninggalkan kertas yang barusan di buangnya.
Doni menatap tajam jalanan gelap yang ada di depannya. Sepi … tiba-tiba dia melihat seorang anak laki-laki kecil sekitar 6 tahunan memakai piama sedang berdiri di pinggir jalan. Hanya sendiri. Dia terlihat menangis. Doni semakin mendekat dengan letak anak itu berdiri. Tubuh gemuknya  kini tersorot lampu motor doni. Doni menghentikan motornya tepat di depan anak kecil itu. dia melihat kesekeliling memastikan apakah ada orang lain di sini. Tapi ternyata benar-benar sepi. Dia lalu turun, melepas helmnya dan jongkok menatap anak itu. 
“ade kenapa di sini sendirian ? udah malem lho … ibu kamu kemana ?” kata doni memegang pundak anak itu. 
“kakak jahat … “ anak itu angkat suara dengan nada lirih. Dia masih menangis. Doni kaget mendengar jawaban anak itu.  jahat ? jahat kenapa ? kapan ? dia sama sekali tidak mengenali anak ini. apa maksudnya ?
“lho ? jahat ? kakak jahat kenapa de ?”
“kakak kenapa buang brosur tadi ??” 
DEG. Brosur katanya ??? gimana caranya dia bisa tau ?? doni bertanya-tanya dalam hati.
“kamu … kamu kok bisa tau ? kamu tau darimana ?” doni merinding. Dia berdiri dan mundur menjauh dari  letak anak itu. 
“aku mau kakak beli buku itu !!! kakak harus beli buku itu … kalo gag, aku bakalan di marahin kak … “ anak itu menarik-narik sweater doni dengan tangisannya. 
“iya de iya … iya !! besok kakak beli yaa … tapi kamu jangan nangis lagi yaa “ doni tersenyum paksa. Hatinya sedikit dongkol dan jelas saja ia berkata itu hanya untuk membuat anak itu diam. Tapi ternyata anak laki-laki itu semakin merengek. 
“gag !!! kakak harus beli malem ini … aku bakal di marahin kalo hari ini juga, buku itu gag ada yang beli kak. Kakak gag boleh boong. kakak harus beli buku itu !”
“tapi de … kakak belom baca sekuel pertamanya, kakak gag bakalan ngerti ceritanya dong kalo langsung beli yang kedua”
“kakak udah tau kok awal ceritanya.”
“ha ? “ doni melongo. Dia semakin gag mengerti apa yang di maksud anak kecil ini. anak kecil yang langka pikirnya.
“ Lagian, ini udah malem de. Pasti tokonya udah tutup. “
“tokonya belom tutup… dan kakak harus beli !! “ lagi-lagi anak kecil ini menarik-narik manja sweater doni.
“masa sih ?? iya iya de … iya … kakak beli kok nanti. Sekarang kamu pulang yaa udah malem. Rumah kamu dimana ? mau kakak anter ?” doni kembali jongkok. 
“itu rumahku…” anak itu menunjuk pada sebuah rumah bertipe sederhana dengan halamannya yang hampir tak terawat. Pagar bambu yang mengelilingi rumah itu hampir rubuh. Lampu kuning agag buram menerangi teras tak berubin itu.
“ooh itu. yaudah kamu pulang sana. Jangan nangis lagi ya ... “ doni menghapus sisa air mata anak itu yang masih menetes di pipinya yang tembem. Anak itu langsung berlari kecil menuju rumahnya. 
“nama kamu siapa de ?” teriak doni. dari jarak yang belum jauh dari letak semula, anak itu lalu menoleh dan berhenti melangkah. 
“nama ku tio kak doni … “ anak itu kembali melanjutkan langkahnya. Sementara itu, doni berdiri kaku di samping motornya. menyaksikan langkah anak kecil yang mempunyai nama yang tak asing untuknya.  Hatinya berkecamuk. Pikirannya melayang. Ada satu keanehan di sini. Bukan hanya nama itu tapi ….  
Akhirnya anak itu berada di ambang pintu dan dia melambaikan tangannya untuk doni. doni membalasnya dengan senyuman. Lalu  anak itu masuk ke dalam rumahnya.
Doni merinding. Dengan cepat ia menaiki motornya, memakai helm lalu menstaternya. Doni menggas motornya dengan cepat. Pikirannya berkecamuk. 
“dia tau aku membuang brosur itu? namanya tio sama seperti nama laki-laki yang di cintai jia. Dan apa tadi aku gag salah dengar ? ? dia menyebut nama ku ?? padahal sebelumnya aku sama sekali gag memperkenalkan diriku. Ya tuhan ada apa ini ??? kenapa dia bisa tau segalanya tentang aku ?? …” doni mempercepat lajunya. 
“aku lupa tentang buku itu. aku harus beli buku itu. yaaa aku harus tau apa maksud semua ini, aneh , anak itu bilang, kalo aku gag membeli novel itu, dia akan di marahi ? di marahi siapa ???? ” dalam perjalanannya, dia terus berpikir hal-hal yang baru saja dia lewati tadi. 
Pukul 22.55, doni tiba di toko buku Yang namanya tertera di brosur tadi.
Doni memakirkan motornya tepat di depan toko besar di pinggir jalan itu. dia menengok ke sekitar, tidak ada satu toko pun yang masih buka pada malam itu. apalagi untuk toko buku seperti toko ini. pikir doni. karena rasa penasarannya pada buku itu, akhirnya ia masuk ke dalam, membuka pintu kayu dengan kaca hitam pekat dan melangkah perlahan ke ruangan itu. 
Cukup mewah namun suasana terlihat mencekam. Mungkin karena hanya ada dia di situ. Lantainya di balut karpet berwarna merah maroon bermotif kuda. dindingnya pun di cat dengan warna senada. Lampu putih kecil menyala dari sudut-sudut plavon di tambah dengan sekitar 6 deretan rak-rak buku berjejer memenuhi ruangan itu. 
Toko yang sangat-sangat tertutup dan memang bukan menjadi tempat tongkrongan yang cocok untuk siswa seperti doni.
 kalau aja bukan karena novel itu, aku gag akan pernah menginjakkan kaki ku di toko ini.
 
Matanya langsung tertuju pada sebuah novel  yang terpajang di meja kasir di samping pintu. Ada catatan kecil yang bertuliskan ‘new’ di samping novel itu.  Novel bercover hitam dengan tulisan SECRET 2 itulah yang ia cari. Doni pun menghampiri meja kasir itu.
sebelum akhirnya ia menyentuh novel itu, seorang perempuan setengah tua memakai kacamata keluar dari ruangan di belakang meja kasir. 
“kamu mau novel itu ?? “ katanya sambil menunjuk novel yang sekarang berada di tangan doni.
“iya … berapa ya ??” perempuan itu lalu mendekati meja kasir  dan sekarang berdiri tepat di depan doni. 
“ambil aja … gag perlu bayar !” katanya ramah. Doni kaget mendengar apa yang baru saja wanita itu ucapkan. Gratis katanya ???
“kenapa ??  lagi promo ?” tanyanya heran. Perempuan itu malah menggeleng.
“kamu sudah bertemu tio ??” Tanya perempuan itu mengalihkan pembicaraan. dia menyodorkan sebungkus permen jahe dari saku long dress hitamnya kepada doni, namun doni menggeleng. 
“tio? ya tadi saya sudah bertemu dengannya. Anda kenal dia ? memangnya,  kalau saya boleh tau dia siapa ? kenapa dia begitu aneh. Mengetahui semua tentang saya. Apa hubungannya dia dengan toko dan buku ini ?” Tanya doni.  
“kamu terlalu terburu-buru untuk mengetahui semuanya,,,anak itu hanya anak biasa. sudahlah,,,jangan dipikirkan. Sekarang, ambil buku itu dan pulanglah kamu … ini sudah larut. kamu bisa memikirkannya lain waktu… ” katanya.
“tapi … “
“sudahlah … doni !!! … “
Doni tercengang mendengar wanita di depannya itu menyebut namanya. Bagaimana dia tau ??? padahal dia sama sekali belum berkenalan.
“kenapa anda tau nama saya ??”
“saya tau semua hal yang belum saya tau doni … “ doni semakin tercengang mendengar jawaban wanita itu. beberapa menit kemudian, dia melangkah mundur menjauh menuju pintu. Menatapi senyum wanita itu.
“ada apa doni ??” Tanya wanita itu. tersenyum kaku.
“gag … gag papa. yasudah,kalo begitu saya permisi. Makasih .. “ doni segera keluar dari ruangan itu. tanpa sedikitpun menoleh ke belakang, dia melangkah keluar dengan pasti. Tiba-tiba 
CLAP…
Baru selangkah doni keluar dari toko itu, tiba-tiba lampu toko itu mati. Doni tersentak. Saking kagetnya, dia langsung mengelus-elus dadanya. Menoleh ke belakang, dan dia menemukan di pintu sudah ada tulisan CLOSE (tutup). 
Dengan cepat ia menyimpan novel yang dari tadi ia genggam ke dalam tas ranselnya. Dia langsung menstater motornya dan pergi menjauh dari kekonyolan yang terjadi malam itu.
@@@
Doni merebahkan tubuhnya di kasur. Memandangi novel secret 2. Novel yang telah membuat hal sekonyol ini terjadi di hidup doni. hanya karena novel aneh ini, dia harus mendapatkan semua hal-hal aneh juga. Doni berpikir dua kali untuk membaca isi novel itu malam ini ketika dia melihat jam sudah menunjukan pukul setengah satu. Dia juga sempat berpikir untuk menghubungi jia. Karena seharian ini, dia sama sekali tidak mendapat kabar dari perempuan itu. Tapi tidak mungkin sudah selarut ini, jia sudah tertidur.  Doni pun ikut tertidur.
@@@
“hmm … cappucino lagi cappucino lagi. Gag bosen ji ???” ririn menghampiri jia di salah satu meja di mini cafe. Tempat biasanya jia dan tio juga dia dan doni menghabiskan waktu bersama. Kali ini dia bersama ririn, sepulang sekolah mereka mengunjungi makam tio dan berhentilah mereka di café ini. 
Teman sebangku jia di kelas itu baru saja keluar dari toilet dan melihat satu gelas cappucino berdiri di hadapan sahabatnya. 
“gag, dan gag akan pernah. Sorry yaaa gue mesen duluan. Abisnya lu lama sih di toilet. “ kata jia, senyum. Ada satu hal lagi yang tak tertinggal dari jia selama kepergian tio, novel Secret pilihan tio, selalu menemaninya, dimanapun dia berada. Kali ini dia menaruhnya di atas meja. 
“yaya…gag papa kok. gue belom haus. Lo lagi smsan sama siapa siih ???? “ taya ririn yang sekarang duduk di hadapan jia. 
“gag,,, ini temen baru gue. Cuma nanyain kabar doang kok… “ kata jia sambil mengantongi handphone-nya. Yaaa siapa lagi kalau bukan dengan doni. hanya saja, jia gag pernah mau bercerita banyak. 
“ooo,,temen baru. Baguslah kalo lo udah bisa berinteraksi sama orang lain setelah tio meninggal. Gue takut kalo lo jadi tertutup sama orang lain.” kata ririn bijak. Jia tersenyum. 
“iyaa rin, sekarang gue bakal coba buat kembali jadi gue yang dulu kok. walaupun gag sesempurna dulu … tapi yaaaa pelan-pelan laaah “ jia tersenyum lagi.
“bagus bagus … “ ririn juga tersenyum. 
Kedua perempuan itu, hanyut dalam pembicaraan. Saling mengingatkan dan saling berpesan. Yaa itulah gunanya sahabat. 
 Sementara itu, tampak doni sedang mengendarai motornya. berhenti di depan mini cafe, melepas helmnya, dan berjalan memasuki kawasan café itu. dia duduk sendiri di salah satu meja di sudut ruangan. tanpa ia sadari tidak jauh dari mejanya, tampak jia yang juga duduk menghadap ke arahnya. jia juga tidak menyadari keberadaan doni. 
Doni langsung memesan segelas cappucino, dan mulai mengeluarkan sebuah novel yang dari semalam belum sempat ia baca. halaman pertama, kedua, dan seterusnya sedang ia nikmati. Terkadang, dia tak mengerti alur ceritanya karena ini adalah sekuel kedua. Sedangkan ia belum membaca sekuel pertama novel itu. 
Jia menatap tajam pada satu titik agag jauh dari tempat ia duduk. Dia melihat laki-laki yang ia kenal sedang duduk sendiri sambil membaca sebuah buku. 
‘doni ? katanya mau langsung pulang, kok malah mampir kesini juga ??’
“kenapa ji ?? “ ririn bertanya-tanya. Dia membalikkan badannya. Mencari-cari siapa yang di tatap oleh jia. 
“ehhmm ,,, doni, temen baru gue yang tadi gue maksud. . . “ kata jia bersikap santai.
“ooo … namanya doni ? yang mana ?? yang mana ?? “ sekali lagi ririn mencari-cari.
“yang lagi baca buku … “ 
“ooo itu … sweet boy. Kenal dimana?? Tadi lo gag cerita sama gue” Tanya ririn membalikkan badannya lagi ke hadapan jia. 
“di makam tio.” jawabnya singkat.
“oo…  Kok respon lo biasa aja sihh ji ??? itu ada temen lo … sapa kek, samperin kek. Kok lo malah diem aja ?? “ Tanya ririn. 
“gag papa… biarin aja. takut ganggu. “ jia berusaha tidak memperdulikan doni di ujung sana. Dia terus asik mengobrol bersama ririn. Sesekali dia membaca ulang lembar-lembar pertama novel secret yang mengisahkan keromantisan satrio dan jingga. dia merindukan itu semua. 
Di lain sisi, Doni berada pada lembar-lembar gambaran tentang kisah seorang jingga yang harus kuat menghadapi kematian satrio. Sempat terbersit di benaknya tentang nama itu. jia. 
“jia ??? kenapa hampir sama dengan cerita jia tentang tio ??? ahh mungkin  kebetulan. “ doni kemudian menutup novel itu. ternyata kegiatan membaca itu telah membuat kerongkongannya kering. Dia mengistirahatkan matanya. Mendinginkan pikirannya dengan beberapa teguk cappucino dingin di hadapannya. 
Tanpa sengaja, pandangannya berhenti pada satu titik. Wanita yang sedang tersenyum dan tertawa itu seperti tak asing lagi untuknya. Sesekali wanita itu membaca buku yang terbuka di hadapannya. 
“jia ??” doni langsung meneguk cepat cappucino di hadapannya sampai habis. Meraih tas ranselnya. Dan tidak lupa novel itu. dia lalu berjalan menuju meja jia.
Di sela-sela obrolannya dengan ririn, jia melirik meja doni. tapi dia mendapati meja itu kosong tak berpenghuni. ‘kemana dia?’. 
“hai ji …” tiba-tiba doni muncul di samping jia. jia tersentak. Baru saja dia memikirkan anak itu. sekarang sudah berdiri di hadapannya.
“astaga…doni !! “ jia mengelus-elus dadanya. Satu senyuman lebar keluar dari raut muka jia. 
‘jia tersenyum, senyumnya yang dulu muncul lagi. Sama seperti waktu tio masih ada… lepas dan santai’ ririn berkata dalam hatinya. 
“hehehe… kaget ya ??” kata doni duduk di samping jia. jia hanya tersenyum di depan laki-laki itu. 
“kenalin ini ririn, temen sebangku aku. Sebenernya daritadi aku udah tau kamu ada di situ. Tapi gag enak mau nyapa. Takut ganggu kamu lagi baca buku. “ kata jia. doni dan ririn saling bersalaman. 
“gag laaah ,,, aku cuma baca novel. Kamu juga tadi aku liat lagi baca buku?” Tanya doni. 
“yaaa.. novel. Novel lama.” Jawab jia sambil menunjukkan sekilas cover novel secret miliknya. Lalu dia memasukkan novel itu ke dalam tas hitamnya. Doni mengenal novel itu.
‘novelnya ??’ doni bertanya dalam hati ketika melihat novel yang tadi jia tunjukkan padanya. ada yang aneh. 
“ji, aku boleh …” niat doni untuk meminjam novel itu terhenti. Ketika dari dalam tas jia , terdengar dering handphone jia.  Doni  mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya. Jia langsung mengangkat handphonenya, terpampang nama ‘ibu tio’ di layar.
“siapa ji ?” Tanya ririn
“ibunya tio. Bentar ya don, rin “ jia berdiri menjauh dari  kedua temannya membawa serta tas berisi novel yang saat ini membuat doni terlihat bimbang. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang tadi dia lihat. Novel yang tadi ditunjukkan oleh jia. samar-samar. 
“lo kenapa don ??? gelisah banget “ Tanya ririn.
“ehh … gag papa gag papa. “ doni sesekali membetulkan letak duduknya.
“serius gag papa ?” Tanya ririn memastikan. Doni mengangguk. “ btw lo sekolah dimana?” Tanya ririn lagi.
“di SMA Cahaya Permata.” Jawab doni yang masih terlihat gelisah, sesekali dia menegok ke belakang kea rah jia yang masih berdiri dengan handphonenya.
“oo…katanya ketua osisnya keren yaa di sana? Siapa sih ?”
eee ??? gue” jawab doni singkat tak bereaksi. Ririn yang mendengar jawaban doni, tercengang dan tersipu malu. 
“ooo … elo ya ??” ririn semakin malu ketika doni tersenyum. tiba-tiba jia menghampiri ririn dengan muka panic. Dia membereskan baju dan rambutnya. Lalu menaikkan dasi sekolahnya yang sempat turun tadi. lalu dia kembali menekan-nekan handphonenya. Membenarkan sepatu, kaus kaki, rok, dan segala yang melekat di tubunya. 
“nyokapnya tio kenapa ji ??” Tanya ririn. Namun jia tidak menjawab pertanyaan ririn. Dia masih sibuk mengutak-atik handphonenya. Ririn dan doni sempat saling lirik melihat tingkah jia yang aneh ini. 
“lo mau kemana ? mau balik ?” tanya ririn lagi.
 “gue mau ke rumah tio sekarang. lo mau ikut gag ??? “ jawab jia. 
“ke rumah tio ? ngapain ?” 
“40 hari nya tio. lo tau kan, pas 7 hari nya tio, gue gag dateng ? sekarang gue harus dateng. Karena sekarang gue udah bisa ikhlas…” 
“mau aku anter gag ji ??” doni menawarkan diri. Jia baru ingat ada doni di meja itu.
“eee…gag usah don makasih. Ririn mau ikut kok. ya kan rin ???”
“haa ? kapan gue bilang gitu ?? sory ya ji, lo bareng doni aja. kalo ke rumah tio, gue gag berani. Jauh …  lagipula, hari ini gue gag boleh pulang malem. Sory yaa ???! ” jia sedikit berpikir panjang mendengar apa yang barusan di katakan oleh ririn.
“yaudah dehh gag papa kok rin” kata jia. 
“udah gih sono berangkat. Keburu sore lho … “ kata ririn agag centil.
“yaudah… dah riiin !” kata jia kalem. Dia masih terlihat ragu-ragu untuk pergi bersama doni. jia lalu melangkah duluan. Sementara doni di belakang. 
“ehem … kali ini, lo harus berterimakasih sama gue don … “ bisik ririn pada doni tanpa sepengetahuan jia, ririn mellirik kearah gadis yang sekarang sedang menelpon seseorang di pertengahan café. Doni pun tersenyum. 
“apaan sih ? ? duluan … “ kata doni dengan gaya coolnya. Dia lalu berjalan meninggalkan ririn. 
“oke… hati-hati yaa … “ ririn masih memperhatikan langkah jia dan doni yang meninggalkan café itu. jia masih sibuk dengan percakapannya di handphone entah dengan siapa, di ambang pintu, dia menengok ke belakang dan melambaikan tangannya pada ririn. Doni yang berjalan mengikuti jia di belakang juga menampakkan senyumnya untuk ririn. Lalu mereka lenyap dari pandangannya. 
“kayaknya, doni bakalan jadi pengganti tio … syukur deh kalo gitu. Jadi dia gag bakal sedih lagi. Lebih cool pula di bandingin tio. beruntung banget sih lo ji …. Haha ”  ririn mengoceh sendiri. Beberapa menit kemudian. Dia lalu beranjak dari bangkunya. Seorang pelayan wanita pun datang untuk membereskan meja itu. pelayan wanita itu memberikan senyum sapa pada ririn. 
“duluan ya mba … “ sapa ririn dengan senyumnya. Pelayan itu juga tersenyum padannya. Tidak berapa jauh ia melangkah, pelayan itu memanggil nya.
“maaf mba mba, saya nemu kertas ini di bangku itu. siapa tau penting” kata pelayan itu memberikan selembar kertas kecil yang asing sekali untuk ririn.
“ooh, di bangku itu ya ? itukan bangku nya doni. mungkin punya dia. Yaudah makasih ya mba… “
“iya sama-sama”  pelayan itu pun pergi meninggalkan ririn. Ririn melanjutkan langkahnya sebelum dia melihat dengan detail kertas kecil  yang ia pegang itu. dia mempercepat langkahnya menuju tempat motornya terparkir.  Di bukanya perlahan lalu melihat ada sekitar 4 baris tulisan pendek tertera di sana. 
Hari ini hari terakhir aku melihat mu ...
Tapi aku yakin aku masih bisa merasakan detak dan gerak gerik mu
Karena kamu adalah sgalanya. .
Tuhan memberikan kesempatan untuk orang-orang yang mencintai seseorang dengan cinta yang sesungguhnya ... aku masih di samping mu.
Dan setelah ini, aku akan melepaskanmu, dan membiarkan mu dengannya. Dia yang terbaik untuk mu ...
Jangan takut ... 
“dia ? aku ? kamu ? untuk siapa dan dari siapa ini ???? hmm ...  ada lebelnya. Novel secret 2. Novelnyaaa .... ???????? doni ! right !!  gue harus susul jia dan doni “ ririn bergegas menyusul jia dan doni ke rumah tio. 

@@@

Doni memberhentikan motornnya di depan pagar sebuah rumah. Rumah yang ia kenal. Rumah ini tidak jauh dari sekolahnya. Dan hal ini harus di pertanyakan. 
“ayo don turun. Kita udah sampe. Kamu parkirin motor kamu di sana aja yaa ... aku duluan kedalem” jia turun dari motor doni. tapi doni? ketika dia melepas helmnya. Dan memandangi dengan lebih detail lagi keadaan sekelilingnya. Halamannya, pintu nya, pagar kayu yang hampir rusak, dan ia membalikkan badannya ke belakang. Dia pernah berada di sini. Dia teringat hal konyol yang pernah terjadi semalam yang masih sangat-sangat melekat di benaknya. Jia yang melihat tingkah aneh doni, masih diam. 
“don, kamu kenapa sih ? ada yang aneh ?”  tanya jia.
“ji kamu yakin ini rumah tio ??? kamu gag salah ?” tangannya dingin berkeringat.
“ya aku yakin lah ini rumah tio. Emang kenapa sih ??? don ... kamu kenapa ? jujur aja “ tanya jia heran.
“a ... a ... ku gag papa. Ayo kita masuk ke dalam. Aku gag papa kok ... ayoo “ doni masih celingukan memandangi keadaan sekelilingnya. Dia mendorong pelan jia untuk masuk ke dalam halaman rumah itu. Mereka berdua pun mulai melangkah.
‘waktu itu suasana gelap ... apa mungkin gue salah ya ? ahhh tapi gag mungkin...  gue inget banget kok pagar dan pintunya sama persis. ’ doni berpikir di sela-sela langkahnya yang pelan. Kakinya mulai menginjak teras rumah itu. Ia ingat sekali  malam itu anak laki-laki itu juga melangkah di tempatnya sekarang berdiri. Jia menuntunnya. Mata dan bibirnya seperti berkata “tenang aja, semuanya aman”. Jia sangat khawatir dengan keadaan doni. 
“assalamualaikum ... “ teriak jia. Tidak berapa lama, tiba-tiba dari dalam rumah keluar seorang anak laki-laki yang sangat jia kenal. 
“walaiqumsalam kak jia .... “ kata anak itu. doni kaget melihat anak itu. dia terlihat shock dan panik. Tergambar di benaknya wajah anak laki-laki yang ia temui semalam. Meskipun sebenernya dia tau, bukan dia anaknya. Tapi entahlah, dia benar-benar panik. 
“astagfirullah .... “ doni menjauh dari letak nya berdiri. sesekali dia menutup mukanya sambil membelakangi kedua orang yang sedang terheran-heran melihat doni. 
“doni kamu kenapa sihh ??? don ... kenapa kamu kaget waktu ngeliat kiki. Dia adiknya tio don ... kenapa kamu takut. Apa yang kamu takuti ???” jia menghampiri doni. dia ikut panik melihat tingkah doni yang seperti ini. Doni lalu diam. Mukanya memerah. Keringat sudah hampir membasahi wajah putihnya. Dia memberanikan diri menatap anak itu. hampir mirip. Pikirnya.
‘yaaaa bukan dia... bukan dia... tenang doni... calm down !!! huuuuuh’ doni menghela nafas. Dia lalu menatap jia yang terlihat panik.
“gag papa ji, maaf aku seperti ini. Ayo kita masuk. . . “ doni memamerkan senyum lebarnya pada jia. Meyakinkan perempuan itu bahwa sudah tidak ada lagi yang harus di khawatirkan. Ini hanya halusinasi. 
“beneran yaaa gag papa. ??? tenang yaa ... itu Cuma kiki. Adiknya tio... okeeey ... tenang !!! ayo masuk ... “ jia menggandeng doni untuk masuk ke dalam rumah tio.
“kakak gag papa kan ... ???aku ambilin minum yaaa ...  “ tanya kiki pada doni yang mulai melangkah mendekati ambang pintu. Doni hanya mengangguk dan tersenyum. Dia masih saja membayangkan apa yang terjadi semalam. Jia dan doni  lalu duduk di sebuah bangku terbuat dari bambu. Mereka duduk berdampingan. Tidak lama, kiki kembali membawa  seteko air putih dan 2 buah gelas. 
“makasih sayang ... ibu mu mana ki ??” tanya jia lembut.
“ada kak di belakang ... katanya kakak ke dalem aja. Masakannya gag bisa di tinggal. “ jawab kiki sambil meletakkan botol dan gelas tadi.
“oh, yaudah. Kakak kedalem deh. Don, aku tinggal sebentar gag papa ? apa kamu mau ikut ke dalem ?” kata jia pelan pada doni. doni masih melirik kiki yang sekarang berdiri di hadapan mereka. 
“eeee ... gag papa, aku di sini aja. Aku kan gag bisa masak... “ jawab doni. dia tersenyum. 
“yaudah, kamu sama kiki dulu yaaa ... kiki, ngobrol nih sama kak doni. kakak ke dalem ya” jia lalu pergi meninggalkan doni dan kiki berada dalam satu ruangan. Anak itu lalu duduk di sampingnya. 
“kakak kenapa sih tadi ??” tanyanya.
“ahhh,,, gag papa kok. Hehehe, kakak tadi aneh ya ?? maaf ya ... “ kata doni. dia menuangkan air minum ke gelas nya. Dan meneguknya cepat.
‘anak ini masih kecil tapi pikirannya dewasa banget... ‘
“ooh, ya gag papa kok kak” 
Kedua manusia ini sama-sama terdiam tanpa kata-kata. Doni benar-benar diam untuk kali ini. Entah kenapa, perasaan nya masih tidak enak. Tiba-tiba dari arah dapur, ibu tio dan jia datang. Wanita berkerudung itu masih terlihat muda dengan kerudung ungu-nya.
“ehhh .. itu siapa jia ?” tanya ibu tio ketika melihat doni.
“itu temen ku bu, namanya doni. tadi aku kesini bareng dia.” Jawab jia. Doni menyalami wanita itu. 
“ooooh ... temennya tio juga ?” tanya nya lagi.
“eee ... gag bu. Kebetulan saya sama sekali belum pernah ketemu tio.” Jawab doni.
“oh sebentar yaa ... “ ibu tio pergi menghampiri lemari hitam tinggi berkaca di sudut ruangan. Dia mengambil sesuatu dari dalam lemari itu. tidak lama, dia kembali membawa sebuah buku tebal. Doni dan jia sama-sama berpikir itu adalah sebuah album foto bercover merah maroon.
“niiih doni ... coba kamu liat album foto ini” ibu tio menyerahkan album foto itu pada doni. doni lalu mengambil posisi duduk . diikuti jia yang juga duduk di sampingnya. Doni memberanikan diri untuk membuka album itu. perlahan, lalu ...
“astagfirullah ... astagfirullah “ doni melempar album itu ke tembok ketika dia melihat foto pertama yang sangat-sangat membuatnya tercengang. Itu dia anak yang di temuinya semalam. Tio kecil.  Jia kaget. Ibu tio dan kiki juga. doni shock. Dia benar-benar shock. Wajahnya tertutup tangan. Dia benar-benar ketakutan. 
“doni... kamu kenapa ? apa ada yang salah sama foto itu hah ?? doni ... “ jia mencoba menenangkan doni. dia mengambil segelas air putih. Dan menyodorkannya pada laki-laki di sampingnya. Ibu tio meraih album foto yang kini tergeletak di lantai akibat lemparan doni tadi. Dia membukanya. 
“Cuma foto tio waktu berumur 9thn. Ada yang salah doni ??” tanya ibu tio. Dia mencoba mendekati doni. namun doni berontak.
“maaf bu, aku gag bisa liat foto itu. aku mohon jangan tunjukkan foto itu. aku mohon aku mohon ... “ doni masih mentupi mukanya. Dengan cepat ia bergegas lari keluar dari ruangan itu. ibu tio pun membukakan jalan untuk laki-laki itu. 
“don .... “ teriak jia. “maaf ya bu, jia permisi sebentar !! “ jia pun mengikuti langkah doni. doni sekarang berada di samping motornya. Dia masih bertingkah aneh. Dia seperti ketakutan. Sangat-sangat ketakutan. Jia menghampiri doni dan memandangi tingkah aneh temannya itu beberapa saat. 
“don, kamu kenapa ? kamu takut sama foto tio ? “ tanya jia heran. Dia berdiri agag jauh dari posisi doni berdiri.
“a ... a ... aku ... “
Tiba-tiba dari arah jalan raya. Seorang perempuan dengan motor pink nya berhenti di belakang mereka. Dia melepaskan helmnya. Ririn.
“don ... ji ... “ teriak ririn menghampiri doni dan jia.nafasnya sedikit terengah. Dia terheran ketika melihat keadaan doni yang aneh. Keringat di mukanya yang terus menetes. Rambutnya acak-acakkan. Dan dia gelisah. 
“lo kenapa don ??? “ tannya ririn pada doni. tapi doni hanya diam. Dia masih gelisah dan itu adalah usahanya untuk menenangkan pikirannya. Jia yang melihat hal itu langsung mengambil alih pandangan ririn dari doni. 
“masalah kecil ... lo ngapain ke sini rin ?? katanya gag boleh pulang malem-malem? “
“eeee ... gini ji. Duuuh ,,, gue juga sebenernya gag ngerti ya apa maksudnya. Tapi coba lo liat dulu deh ... nih ... (menyerahkan kertas kecil dari sakunya) coba lo baca” kata ririn.
“Hari ini hari terakhir aku melihat mu ...Tapi aku yakin aku masih bisa merasakan detak dan gerak gerik mu. Karena kamu adalah sgalanya. Tuhan memberikan kesempatan untuk orang-orang yang mencintai seseorang dengan cinta yang sesungguhnya ... aku masih di samping mu. Dan setelah ini, aku akan melepaskanmu, dan membiarkan mu dengannya. Dia yang terbaik untuk mu ... Jangan takut ... “ jia membacanya kencang. Dia langsung menatap kedua temannya satu persatu. Doni langsung diam. Dia berhenti bergerak. Dia mematung.
“dari novel secret 2? Ini novel .....” Kata jia lagi ketika dia melihat lebel di bagian belakang kertas itu. 
Doni melotot. Dengan cepat dia merampas kertas itu dari jia. Dan dia mengulang bacaannya. Membolak balikkan kertas itu. lalu dia membuka tasnya dan meraih novel secret 2 yang tadi dia simpan. Mereka bergerak tanpa suara. Doni mencocokkan lebel itu dengan covernya. Sama. 
“itu ?????” Jia terbengong melihat novel itu. sekuel kedua dari novel yang ia punya. Novel tentang kisahnya dan tio. Jia lalu mengambil novel secret dari dalam tasnya. Akhirnya, kedua novel itu bertemu. Ketiga manusia itu terbengong tak mengerti apa yang terjadi. 
“lo dapet darimana kertas ini ?” tanya doni pada ririn.
“di bangku lo don pas kita lagi di mini cafe” jawab ririn. Suaranya agag bergetar.
“jelas... semuanya jelas ji !!! tio . dia mengatur semua ini ... yaa ... tio “ doni seperti lega dengan fakta-fakta yang terungkap. 
“maksud kamu apa don ??? aku gag ngerti .... aku bener-bener gag ngerti. Jangan ngaco kamu don...” jia tercengang. 
“jia ... kamu gag tau, belakangan ini aku ngalamin hal aneh. Rumah ini, buku ini, anak kecil itu, semuanya bener-bener gila !!! “ kata doni memegang pundak jia. 
“aku tau , novel ini novel kamu dan tio kan ?? kamu punya yang pertama dan aku punya sekuel kedua. Malam itu, tio sengaja memberikan petunjuk ke aku supaya aku beli novel ini. aku bertemu tio ji ... tio kecil. dia ... dia berdiri di situ. Yaa di situ. Waktu aku tanya rumahnya dimana, dia masuk ke rumah ini. Dia kenal aku tanpa berkenalan. Ini gila ji ... apa maksud tio sebenernya ??” jelas doni dengan muka panik. Jia dan ririn hanya diam. Tidak bisa berkata-kata. Tidak lama, ririn membuka mulut.
“tenang don, kayaknya gue ngerti apa maksudnya,...” doni dan jia lalu menatap ririn.
“tio sengaja ngasih hal ini semua, karena dia mau merelakan jia ke lo. Dia mau lo menggantikan dia. dia mau jia bahagia sama lo ... “ kata ririn dengan penuh keyakinan. 
@@@
Beberapa hari setelah terbongkarnya semua rahasia tentang tio, dan setelah doni dan jia menenangkan pikiran mereka tentang semua hal itu, mereka pun bertemu di makam tio. Mereka berdua memandangi nisan tio. Merasa tidak percaya dengan semua yang mereka alami beberapa hari yang lalu. Tentang tio. 
‘tio, sekarang gue ngerti dan bisa memahami tentang semua yang udah lo lakuin terhadap gue belakangan ini. Lo cinta jia. Gue pasti bakal jaga dia, gue janji gue bakal selalu ada buat dia.’ doni berkata dalam hatinya. Dia lalu memandang wajah jia yang sedang berdiri di sampingnya menatap tajam nisan tio. Dan dia berkata lagi ‘yaaa ... aku memang cinta kamu ji meskipun aku gag tau apa kamu juga mencintai aku ... ‘ dengan senyum yang tak terlihat oleh jia. 
“tio ... makasih yaa , ternyata kamu masih selalu ada buat aku !!! meskipun aku gag bisa liat kamu ! aku yakin , di dalam hati ku, aku masih bener-bener cinta sama kamu. Aku yakin itu. makasih tio .... “ jia berkata lembut. Dia duduk dan menunduk di hadapan makam tio. Tangannya memegang nisan tio. Dan mulai menangis. 
“gue kangen lo tio ........ “.
Doni yang sekarang ada di sampingnya mengelus pundaknya, dan mengajaknya berdiri.
“thanks don” ucap jia. Dia menghapus air matanya. Menarik nafas dan menghembuskan nya. Ia ingin terlihat kuat dari biasanya.
“mana novel itu ?” tanya nya pada doni.
“novel ? buat apa ?” doni kaget mendengar pertanyaan jia.
“gag papa... sini novelnya !!!” 
Doni lalu merogoh tas ranselnya. Mengambil novel itu dan memberikannya pada jia dengan sangat ragu-ragu. Jia lalu memandangi cover novel itu. membolak-balikkan lembaran-lembaran novel itu. dan kembali menutupnya. Dia seperti memiliki keyakinan tentang sesuatu yang sama sekali tidak di mengerti oleh doni. jia lalu menarik tangan doni. berjalan meninggalkan makam tio. Dan berhenti tepat di pinggir sebuah tempat sampah besar di pemakaman itu. 
“kamu mau ngapain ji ??” tanya doni heran.
“aku mau bakar novel ini don ... “ tanya jia dengan penuh keyakinan.
“lho ? kenapa ??? itu kenangan kamu tentang tio kan ?” doni benar-benar tidak mengerti niat jia itu.
“aku punya kenangan tio lebih dari dari novel ini don, yaitu cinta” jawab jia yang kemudian tersenyum pada doni. doni membalas senyumnya.
“aku salut sama kamu ji ... “ 
Jia lalu merogoh kantongnya, mengambil korek api yang sudah ia siapkan dari rumah. Jia lalu menyulutkan api di ujung kedua novel itu dan melemparnya ke dalam tempat sampah. 
“ aku cinta kamu tio .... selamat tinggal “ kata jia pelan dengan muka yang sangat-sangat ceria. Dia seperti telah benar-benar menjadi jia yang dulu.
‘baru kali ini aku melihat senyum jia yang seperti ini ... ‘ batin doni. dia ikut tersenyum lebar. 
“selamat yaa jia ... kamu udah berhasil kembali menjadi jia yang dulu” kata doni.
“makasih don ... karena kamu juga aku bisa seperti ini ... “ jawab jia. Mereka lalu memandangi novel tio yang  telah hampir habis termakan api. Abu hitamnya tertiup angin dan terbang di udara. 
“ji ... liat deh api itu ... api itu adalah kamu. Dan novel itu adalah hati aku” ucap doni.
DEG ... jia tak mengerti maksud doni itu. “maksudnya ?” jia bingung. Pandangannya kini tertuju pada doni yang juga menatap matanya. 
“yaa Sekarang, aku benar-benar merasa, kamu sudah membakar penuh hati ku ji ... seperti api itu. kamu ngerti kan ?? aku cinta kamu ji ... apa kamu bisa mencintai aku ? “ ucap doni dengan tersenyum. Jia ikut tersenyum tak menyangka. Jia benar-benar merasa bahagia doni bisa mengatakan hal itu padanya. 
“tentu aku juga pasti bisa mencintai kamu don,” jawab jia dengan wajah malunya.
cinta adalah kunci besar yang membuka semua gerbang kebahagiaan .... dan cinta telah hidup di antara jia dan doni. semua kenangan masa lalu itu telah tergantikan meskipun masa lalu tetap tak akan terlupakan untuk mereka berdua. Tentang cinta sejati jia yaitu tio. Dan tentang cinta sejati doni yaitu dara. Tio dan dara tetap hidup di dalam hati mereka berdua meskipun ada hati lain yang lebih nyata yang harus mereka jaga selamanya .... yaitu cinta mereka berdua.
@@@
Setelah berhari-hari menjadi orang yang memiliki cinta, tentang doni selalu ada dalam bayang-bayang jia. Malam ini pun, jia masih belum bisa tidur memikirkan semua hal yang telah terjadi padanya, tentang cinta masa lalunya dan tentang cintanya saat ini. 
Di sisi lain, di atas kasurnya, doni sedang mencoba merangkai kata untuk mengutarakan sesuatu tentang perasaannya  yang ada saat itu kepada jia lewat sebuah pesan singkat (sms).
‘aku semakin cinta padamu jia ...aku tidak dapat membayangkan hari perpisahan kita dan kerinduan yang datang setelahnya ... seperti cinta kita kepada orang-orang terdahulu. Mungkin setelah aku bertemu dengan mu, pikiranku akan bisa lebih jelas, sekarang di dunia yang fana ini aku hanya melihat dan menyadari satu hal. Dirimu dan cinta kita ... i love you jia ‘ ketikan itu langsung ia kirimkan pada jia. 
Mendengar Hp-nya berdering, jia langsung membaca pesan baru itu.
“Doni ??”  Dan mebacanya pelan. Dia tersenyum dan dia juga mengetikkan sesuatu untuk doni. 
‘aku juga semakin cinta padamu doni ... aku merasa kalau aku mencintaimu beribu-ribu kali lipat dari beberapa hari yang lalu. Percayalah padaku ... aku tidak memiliki kekuatan untuk memikirkan hal lain selain dirimu ...’
‘aku juga sama sekali tidak memiliki kekuatan itu jia ...’
@@@

------------
Info penulis Cerpen bertema Romance Mistery berjudul Secret 2
Nama : Qotic Aptiyas
kelas : XII IPA 1
sekolah : SMAN 19 Kab. Tangerang

Comments

Paling Banyak Dibaca