Skip to main content

Cerpen: Antara Za dan...

Antara Za dan dusta ini..
Antara Za dan perasaan ini..
Antara Za dan... dan.


Setiap tokoh yang kuciptakan dalam kisahku kini mulai beranjak dari dunianya mengarungi nyata, menciptakan dusta, sebagai pengharapan akan termilikinya rasa yang tulus.
yah, mungkin aku gila, tak ada batas antara nyata dan khayal dalam duniaku. Nyataku adalah khayalku, dan khayalku adalah nyataku...

Za, aku bertemu dengannya dalam dunia yang kukehendaki, hadirnya mampu menghilangkan kesepian ini meskipun teriring kalimat kalimat dusta bagi hati yang berhati.
Za, sosok yang tercipta atas izin Tuhan dalam kehendak hati yang bersanding dengan ketulusan doa.

Aku yang berhati rapuh, yang telah terjebak oleh kata kata sang penyair logika, mulai bangkit dan beranjak dari keterpurukan sejak kehadiran Za. dan Za tak hadir tanpa peran yang penting, Ia mempersembahkan ketulusan itu kepadaku, dan aku yang tak berdaya ini hanya mampu berharap mimpi di puncak bintang yang pasti siapapun tak akan mampu mewujudkan itu.


"Na lagi ngapain??" suara Za tiba tiba mengagetkanku, tanpa kusadari Ia telah berdiri dibelakangku. Aku segera menutup buku harianku.
"ih Za ngagetin Na aja!!" jawabku kesal.

"Maaf, Za kan cuma pengen tau Na lagi ngapain?" jawab Za.
"Udah liat kalau Na lagi nulis, masih aja nanya!" jawabku marah.
"Iya iya, lagi nulis apaan sih?? ngeditnya udah selesai?" tanya Za kepadaku, Za adalah rekan kerjaku di kantor, namun Ia hanya bekerja setengah hari karna Za juga kuliah. Za kerja pada jam malam, sehingga aku hanya bisa bertemu dengan Za ketika aku lembur, dan kenyataannya aku memang selalu lembur.
"Udah" jawabku singkat.

"Udah ada jawaban??" tanya Za dengan serius, pertanyaan yang ingin kuhindari, pertanyaan yang kumau tak pernah ada diantara Za dan aku, dan kini, pertanyaan itu mengharuskanku menjawab yang tak pernah kutau jawabannya.

Dua minggu yang lalu, Za mengungkapkan perasaannya kalau ia menyukaiku, aku terkejut karna aku sama sekali tak pernah berharap akan hal itu.

Za bagiku adalah seorang kakak yang baik. perhatian dan pengertiannya yang tulus selalu kurasakan setiap aku bersamanya, dan itu membuatku nyaman, namun satu pertanyaan itu telah merubah semua keadaan baik itu menjadi perasaan canggung setiap aku bertemu dengan Za.

"Jangan sekarang yah, Na belum siap.." jawabku memelas.
"Tapi Za udah siap menerima apapun jawaban dari Na, Za butuh kepastian sekarang juga..." pinta Za dengan serius.

" Tapi Za,... Za kan tau gimana perasaan Na.., kalau aja Za datang lebih dulu dalam hidup Na, pasti Na tak akan ragu buat milih Za, sekarang Na bingung Antara Za dan..." belum sempat kuselesaikan kalimat itu Za sudah memotong ucapanku.
"Za ngerti kok, tapi Za ikhlas kalau Na belum bisa lupain masa lalu Na, Za akan sabar nunggu sampai hati Na seutuhnya jadi milik Za, yang penting sekarang ini adalah jawaban Na, bukan perasaan Na..." jelas Za kepadaku yang semakin membuatku bingung.

Aku tak mau menyakiti Za hanya demi sebuah kata Ya, meskipun Za bilang ikhlas, tapi pasti ada luka dihatinya, dan aku tak mau itu.

Aku dan hatiku, telah memilih satu hati yang tak memilihku, Aku memang bodoh telah meragukan ketulusan Za demi hati yang telah termiliki, entah kenapa aku terjebak dalam rangkaian kata yang sebenarnya tak begitu indah itu, mungkin ini karena aku adalah penyair yang telah dirapuhkan oleh keadaan hidup yang terlalu sulit untuk ku terima, sehingga tanpa kendali aku memasuki dunia syairnya yang tak berbalas.
Dan Za hadir ketika perasaanku terluka karena rangkaian syair dalam bait bait tanpa rasa sebagai jawaban atas perasaanku terhadapnya.

" Na pulang ke kost dulu, dah capek!" jawabku pada Za yang tengah serius menunggu balasan atas perasaannya terhadapku. Aku lalu melangkah pergi meninggalkan Za yang tampak kecewa.

Aku berjalan dalam keramaian malam kota Solo, ada beberapa tetes air yang kubiarkan keluar dari mataku, keramaian ini tak sedikitpun mampu memberikan suara untuk meramaikan hatiku agar aku tak sendiri..
Aku tak segera menuju kost, langkah ini terhenti pada sebuah bangku kosong di taman kota. Aku duduk terdiam disana. Kukeluarkan selembar kertas putih dan sebuah pena dari dalam tasku.

" Antara Za dan dusta ini, kuciptakan kisah ini untuk hati yang tak mau berbagi hati, memang aku tak berhak memaksakan terbalasnya perasaan ini, namun aku adalah penyair rapuh yang tak berdaya ketika telah terlanjur larut dalam bait bait sederhananya.... Dan kehadiran Za adalah pelarian yang kuciptakan untuk menutupi perih ini agar tak ada perasaan bersalah dan mengkasihani luka ini...

Antara Za dan perasaan ini, ada luka yang tak mungkin kan terobati meski kata maaf dan memaafkan telah terucap. Sesuatu yang telah berlalu tak akan pernah hadir kembali dalam rasa yang sama meski status kawan masih terjalin rapi, keindahan itu hanya ada di matanya yang jauh dariku, cerita cintanya yang selalu ia kisahkan adalah sebagian kecil dari luka yang ia berikan, namun tak pernah sedetikpun kubiarkan ia melihat air mata ini, dan tulisan senyum beserta dukungan atas kebahagiaannyalah yang senantiasa kubalaskan untuk menjawab curahannya kepadaku, kawannya. Aku tak bisa membencinya, dan kehadiran Za adalah masalah yang kuciptakan sebagai kewajiban untuknya mendengar kisahku yang selalu mendengarkan kisahnya.

Antara Za dan... dan."


Belum sempat kulanjutkan satu huruf terakhir, hujan tiba-tiba hadir dan memaksaku untuk segera berlari mencari tempat berteduh. Kulihat di seberang jalan Za melambaikan tangannya kepadaku, ada satu hal yang aneh disana, ada awan putih yang tampak dekat diatas Za dan melindunginya dari derasnya air hujan, Za terus melambaikan tangannya mengajakku untuk berteduh disampingnya.
Akupun segera berlari menerobos sorotan lampu-lampu mobil yang salah satunya tak terkendali dan membewaku ke tempat yang lebih teduh, bukan disamping Za, namun disamping-Nya.

-THE END-


Triana Aurora - Penulis Cerpen antara Ada dan Tiada
NB : Kisah ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, tokoh, dan peran itu hanya kebetulan

Profil Pengirim
Nama : Triana Aurora Winchsster
Alamat FB : aurora_broadcast@yahoo.com

Comments

Paling Banyak Dibaca